JAKARTA, BERITAKOTA.COM -M Menteri Pertahanan Republik Indonesia dan juga presiden terpilih Prabowo Subianto, telah bertemu Presiden Prancis, Emmanuel Macron di Istana Elysee, Paris beberapa waktu lalu.
Dalam pertemuan bersama Macron, Prabowo menegaskan bahwa hubungan Indonesia dan Prancis telah lama terjalin dengan baik. Untuk itu, Indonesia akan terus memperkuat relasi kedua negara, khususnya di bidang pertahanan.
Selama ini, Indonesia dan Prancis memang sudah menjalankan berbagai program kerja sama pertahanan. Di antaranya adalah modernisasi alat utama sistem pertahanan dan industri pertahanan, juga pendidikan, latihan, serta forum dialog.
Salah satu wujud kerja sama pertahanan yang banyak menyita perhatian adalah pembelian jet tempur baru dalam beberapa tahun terakhir, dimana jenis jet tempur yang dipilih Indonesia, sebagian adalah buatan Prancis, misalnya Mirage 2000-5 dan Rafale yang merupakan produksi perusahaan Dassault Aviation.
“Kami mengapresiasi Yang Mulia, Presiden Macron, yang berperan penting dan aktif dalam keberhasilan hubungan bilateral antara kedua negara. Saya yakin kapasitas Yang Mulia sebagai presiden akan terus mempertahankan dan meningkatkan kerja sama antara Indonesia dan Prancis,” tutur Prabowo.
Kerjasama dengan pemerintah Perancis itu merupakan sebuah upaya untuk menyongsong Indonesia emas 2045 mendatang. Dimana. salah satu yang disiapkan oleh pemerintah adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini juga ditegaskan oleh Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Drs. Amich Alhumami, MA, M.Ed, Ph.D mengenai pentingnya pendidikan dan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Apa yang harus dipersiapkan. Yang pertama tentu akses pendidikan. Supaya
akses ke pengetahuan, punya keterampilan dan keahlian, yang itu nantinya dibutuhkan di masa depan. Pemerintah punya prinsip, berinvestasi untuk sektor pendidikan. Berinvestasi juga untuk sektor kesehatan,” ujar doktor dari Universitas of Sussex Inggris ini saat menjadi pembicara dalam Indonesia Mengglobal 12th Anniversary yang digelar di Jakarta, Minggu (4/8/2024).
“Karena ini adalah pilar penting untuk apa yang disebut sebagai human capital, atau modal manusia. Modal manusia adalah kunci bagi pencapaian tinggi dibidang apapun,” sambung Amich.
Seperti diketahui pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif.
Dalam kesempatan ini Amich juga menjelaskan bahwa Bappenas menyusun dokumen perencanaan tentang bagaimana menggagas Indonesia masa depan. Dan menggagas Indonesia masa depan, kata pria yang sempat menempun pendidikan di Boston ini merujuk pada pengalaman dunia dan apa yang terjadi di dunia
Mengutip megatrend global pada 2045, Amich mengatakan, pertumbuhan demografi dunia nanti jumlah penduduk dunia 9,5 miliar. Dan 55 persen ada di Asia. Indonesia adalah bagian Asia. Penduduk Indonesia sekarang 281 juta jiwa, nanti bisa mencapai 325 juta jiwa yang sebagian besar 70 persen lebih penduduk muda, produktif.
Selain itu Indonesia akan menghadapi dinamika global. Karena itu penguasaan Iptek, perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan, sangat diperlukan. Seperti bagaimana mengelola sumber daya alam dengan baik.
“Tanpa Iptek kita akan ketinggalan. Pak Habibie menyebut Indonesia memang penduduk terbesar keempat dari sisi ukuran penduduk dan juga dari sisi
ukuran luas wilayah, itu tidak cukup,” ujarnya.
Penduduk Indonesia harus berkualitas dan menguasai pengetahuan. Bagaimana mengekspresikan sumber daya alam yang melimpah, tidak lain dengan meningkatkan kualitas dan sumber daya manusia. Nilai kompetitif bisa dilakukan kalau kita
Menguasai Iptek.
“Itulah mengapa Iptek penting dan mengapa riset and development penting.
Dengan investasi itulah yang akan menjadi faktor pembeda Indonesia dengan negara lain,” tandasnya. (Agus)