Aplikasi Anaking untuk Monitor Anak dari Dampak Gajet

Loading

JAKARTA, BERITAKOTA.COM – Dampak penggunaan gajet bagi anak-anak dapat merusak fisik hingga cara berinteraksi dengan sekitarnya bila digunakan secara berlebihan, demikian diingatkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, saat meluncurkan tiga produk pendidikan bagi anak usia dini, yakni Risalah Kebijakan PAUD HI, Modul PAUD ke SD, dan Aplikasi Anaking SEAMEO CECCEP di kantor Kemendikdasmen, di Jakarta, Kamis (19/12).

Persoalan gajet pada anak, kata Mu’ti berkaitan dengan kurangnya pemahaman parenting orang tua.

“Parenting juga menjadi bagian yang sangat penting karena tidak jarang juga sebenarnya karena alasan-alasan yang bersifat pragmatis dan mungkin karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan, banyak orang tua yang memberikan berbagai macam permainan yang tidak edukatif,” kata Menteri Mu’ti.

Menjawab hal itu saah produknya adalah aplikasi Anaking. Ini adalah platform digital inovatif untuk membantu orang tua dalam mengasuh anak usia 0-4 tahun.

“Anaking, sebuah aplikasi untuk membantu orang tua memberikan informasi-informasi berbasis hasil kajian yang dapat dipercaya mengenai pengasuhan-pengasuhan sehingga harapannya orang tua dapat memperoleh sumber informasi yang terpercaya dan bisa membantu mereka mengembangkan pola asuh yang positif dan responsif,” kata Prof. Vina Andriyani, Direktur Southeast Asian Ministers of Education Regional Centre for Early Childhood Care and Education and Parenting (SEAMEO CECCEP).

Aplikasi tersebut salah satu dari tiga inisiatif yang diluncurkan SEAMEO CECCEP guna mendukung Kemendikdasmen untuk memastikan lima kebutuhan esensial anak yang terkait kebutuhan akan layanan pendidikan, kesehatan dan gizi, perlindungan, pengasuhan dan kesejahteraan dapat terpenuhi bukan hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh negara Asia Tenggara.

“Alhamdulillah Indonesia saat ini sudah memiliki praktik-praktik baik terkait Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI) dan harapannya ini bisa juga direplikasi oleh negara-negara lain di Asia Tenggara,” ujarnya saat peluncuran tiga inisiatif penting untuk memajukan perkembangan anak usia dini di Asia Tenggara.

Produk lainnya pertama adalah Risalah Kebijakan dan Laporan Pemetaan Layanan Pengembangan Anak Usia Dini di Asia Tenggara.

Dokumen ini menyediakan analisis komprehensif mengenai praktik PAUD HI di wilayah Asia Tenggara serta rekomendasi berbasis bukti yang fokus pada koordinasi lintas sektoral, inklusivitas, dan keberlanjutan guna meningkatkan kualitas layanan PAUD HI.

“Dengan pemahaman yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap negara, laporan ini bertujuan untuk memastikan semua anak mendapatkan lebih banyak dukungan untuk tumbuh dan berkembang optimal,” tambah Prof.Vina.

Dan produk ketigs, yaitu Modul Transisi PAUD ke SD Bagi Orang Tua. Modul ini dirancang untuk membantu orang tua dalam proses transisi anak dari prasekolah (PAUD) ke sekolah dasar secara lancar.

“Kedua kami juga mengembangkan Modul Gembira, sebuah modul pendidikan keluarga untuk membantu orang tua mempersiapkan anak melewati transisi PAUD-SD yang menyenangkan,” katanya.

Modul ini juga menekankan pada bagaimana orang tua membantu kesiapan emosional dan sosial anak, serta dari sisi layanan untuk menghapus tes masuk sekolah yang bertekanan tinggi.

Selain itu, modul ini menggunakan pendekatan yang inklusif dan berfokus pada enam kemampuan dasar, sekaligus menghindari isu-isu sensitif terkait SARA.

“Modul ini akan sangat membantu program pemerintah terkait dengan wajib belajar 13 tahun karena pada modul ini PAUD 1 tahun pra-SD akan semakin diperkuat dan juga SD kelas awal juga akan diperkuat untuk memastikan adanya kesinambungan layanan antara layanan PAUD dengan layanan SD,” ungkapnya. (phil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *