JAKARTA, BERITAKOTA.COM – Tewasnya satu keluarga terjun bebas dari lantai 22 Apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara mengundang perhatian publik. Salah satunya datang dari Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala.
Adrianus menilai keluarga korban yang diduga bunuh diri dengan melompat dari sebuah apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara, kurang mendapatkan bantuan dari masyarakat dan keluarga besar sehingga bunuh diri menjadi pilihan terakhir.
“Keluarga-keluarga ini terpaksa harus berdiri sendiri, tidak bisa lagi mengakses bantuan sosial. Kalau misalnya [minta tolong] tetangga tidak mungkin, negara juga tidak bisa,” kata Adrianus, dalam keterangannya Rabu (13/3/2024).
Bunuh diri satu keluarga, menurut Adrianus, membuktikan bahwa masyarakat urban memerlukan intervensi dari warga sekitar ataupun keluarga besar.
Berdasarkan penelitian bertajuk “Profil statistik bunuh diri pertama di Indonesia”, ditemukan bahwa Indonesia memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi di dunia, yakni tercatat 859,10% untuk bunuh diri.
Sementara itu, Dr. Sandersan Onie, salah satu peneliti dari riset tersebut, mengatakan masyarakat Indonesia – sebagai masyarakat komunal – seharusnya dapat memperhatikan tanda-tanda bunuh diri dalam diri seseorang atau sekelompok orang.
Namun, sifat masyarakat yang komunal itu justru membuat stigma negatif terhadap orang yang melakukan percobaan bunuh diri semakin kental dan membuat mereka semakin terisolasi.
Berdasarkan keterangan dihimpun, satu keluarga pasangan suami isteri pria EA (50), perempuan AEL (52), dan dua anaknya, remaja laki-laki JWA (13) dan remaja wanita JL (16) terjun bebas dari apartemen lantai 22, dengan kondisi keempatnya dengan tangan terikat terjun bebas, Sabtu (9/3/2024), sekitar pukul 16.15.
Polisi mengungkap rekaman CCTV sebelum 4 orang sekeluarga tewas setelah diduga melompat dari lantai 22 apartemen di Jakut. Dari rekaman CCTV, wanita AEL (52) sempat mengumpulkan ponsel milik tiga korban lainnya.
“Sekitar jam 16.04 WIB, para korban ini masuk dalam lift, terekam ini. Dalam lift ini terlihat EA mencium-cium kening dari AEL, JWA, dan JL. Setelah dicium-cium keningnya, AEL termonitor mengumpulkan handphone-handphone dari para korban di tasnya, kemudian naik ke atas,” ucap Ady.
Setelahnya, keempat korban terpantau menuju ke arah roof top apartemen. Tak berselang lama, keempatnya didapati terjatuh di dekat lobi apartemen dan meninggal dunia di lokasi kejadian.
“Kemudian pukul 16.05 WIB, keluar dari lift di tangga 21 berdasarkan pantauan CCTV, kemudian naik ke tangga darurat untuk naik ke roof top apartemen. Kemudian 16.13 WIB, para korban terjatuh bersamaan di depan lobi apartemen,” ucap Ady.
Sempat terdengar bunyi keras di aspal apartemen, hingga mengundang perhatian warga. Beberapa warga berupaya menyambangi suara benda keras tersebut. Tidak diduga mereka penghuni apartemen lantai 22 yang terjun bebas tersebut.
Para korban yang terjun bebas dalam kondisi tangan terikat. Korban dalam kondidi luka disekujur tubuh korban, hingga bagian kepala korban pecah akibat benturan aspal yang menghantam sekujur tubuh korban.
“Disampaikan luka-luka itu mengalami luka kepala, kepalanya pecah di bagian belakang, patah-patah di sekujur tubuh, kedua tangan dan kaki patah-patah,” jelas Kapolsek.
Berdasarkan laporan warga, tidak lama kemudian Polisi Patroli dan aparat Satuan Polres Metro Jakarta Utara menyambangi tempat kejadian, melakuakn olah TKP dan meminta keterangan sejumlah saksi atas perisiwa tewasnya korban.
Diketahui, korban sudah 2 tahun tidak menempati unit milik mereka di apartemen tersebut.
“Hasil sementara keterangan saksi-saksi yang sudah kita ambil, memang menyatakan bahwa para korban ini sudah lama tidak menempati salah satu tempat tinggalnya yang ada di apartemen ini, sekitar 2 tahun,” kata Kompol Ady.
Ady mengatakan keempatnya baru kembali terlihat pada hari kejadian saat mereka jatuh, diduga bunuh diri dari apartemen tersebut.
“Baru pada hari (kejadian) kembali lagi ke apartemen ini dan langsung ada kejadian seperti ini,” ucapnya.
Tewasnya empat korban terjatuh dari lantai 22 dengan tangan terikat tali dengan kondisi menegnaskan dugaan kuat karena bunuh diri. (Ralian)