JAKARTA, BERITAKOTA.COM – Murtala Ilyas, gembong narkoba yang ditangkap Satuan Reserse dan Kriminal Narkoba (Sateesnarkoba) Polres Metro Jakarta Barat dapat ditangkap atau diamankan di warung kopi Jalan Tanah Merdeka, Kelurahan Kampung Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur.
Kasatresnarkoba Polres Metro Jakarta Barat AKBP Indrawienny Panjoyoga mengatakan, gembong narkoba Murtala mendapatkan sabu dari jaringannya di Malaysia. Murtala telah mengirimkan uang muka (down payment) pembelian sabu itu ke jaringannya di Malaysia.
“Jadi dia beli dari Malaysia dari big boss-nya itu baru transfer uang muka Rp 7,5 miliar,” ucap AKBP Indrawienny Panjoyoga kepada wartawan, Kamis (7/3/2024).
Indrawienny mengungkapkan, Murtala memesan 100 kilogram sabu dari jaringannya di Malaysia. Nilainya mencapai Rp 16 miliar.
Dari total Rp 16,5 miliar itu, Murtala Ilyas baru transfer Rp 7,5 miliar.
Dia mengatakan transaksi pembelian sabu tersebut dilakukan melalui rekening bank. Saat ini pihaknya masih menelusuri aliran dana di rekening tersebut.
“Saat ini kami masih menelusuri aliran dananya. Kami koordinasi dengan PPATK untuk menelusuri alirannya ke mana,” imbuhnya.
Seperti diketahui, Murtala bertemu langsung dengan ‘big boss’ di Malaysia untuk mengatur pengiriman sabu. Hingga kemudian mereka menyepakati pengiriman sabu dilakukan melalui jalur laut ke Aceh lalu ke Medan.
Penyerahan sabu dilakukan di depan masjid di Medan, Sumatera Utara. Di sana, dia berkamuflase menggunakan peci seolah-olah hendak beribadah.
“Sebagai kamuflase, dia memakai peci seolah-olah mau ibadah di masjid di Medan, Sumatera Utara, Jalan Gatot Subroto. Itu transaksi dilakukan subuh,” imbuhnya.
Indrawienny mengatakan barang haram yang didapat dari jaringannya tersebut diturunkan dari dalam mobil di depan masjid tersebut.
“Dia (Murtala) menerima barang dari jaringannya, dari mobil hitam dipindah ke mobil HR-V putih. Di dalam mobil itu juga ada Meri (orang kepercayaan Murtala), tapi dia nggak turun,” ujarnya.
Lebih lanjut, Indrawienny mengungkap alasan Murtala bertransaksi sabu di depan masjid agar tidak dicurigai aparat kepolisian ataupun warga.
“Orang kan berpikir orang masuk ke masjid mau salat karena dia masuknya juga waktu subuh-subuh, tidak ada yang curiga,” tandasnya. (Ralian)