Masuki Tahun 2023 Perkuat Barisan Guna Mentralisir Virus Radikalisme

Jakarta, BK – Tahun 2022 telah selesai. Matahari pagi tahun 2023 telah muncul meski agak muram ditutupi mendung dan hujan rintik. Bangsa Indonesia pun kini menghadapi tantangan baru. Pemilu 2024 akan menjadikan tahun 2023 menjadi krusial.

Potensi terjadinya politik identitas, politisasi agama, dan berbagai ‘keriuhan’ politik pasti akan mewarnai perjalanan di tahun 2023 ini. Karena itu seluruh anak bangsa harus mewaspadai kemungkinan timbulnya berbagai virus yang mengancam persatuan dan kedamaian bangsa. Perlu upaya nyata dalam memperkuat barisan guna merawat PBNU (Pancasila, Binneka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar 1945) merupakan bentuk vaksinasi agar ketahanan ideologi tercapai.

Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta, Drs. Ignatius Rudy Pratikno, SH, mengatakan segenap warga masyarakat perlu memperkuat barisan guna menetralisir virus radikalisme dan intoleransi yang masih kerap menghantui di beberapa tahun belakangan.
“Kita harus menetralisir mereka-mereka yang radikal dan intoleran,” ujar Ignatius Rudy Pratikno di Jakarta, Senin (2/1/2023).

Ia menilai kekeliruan dalam menerima informasi yang menjadi salah satu penyebab mudahnya seseorang cenderung melakukan hal-hal tercela yang mengganggu kerukunan hidup umat beragama dan bermasyarakat.

“Sebetulnya itu, mereka bukan ingin melakukan kegiatan-kegiatan yang radikal atau kegiatan-kegiatan yang tidak bertoleransi tapi kebanyakan mereka itu mendapatkan informasi dan pemahaman yang salah sehingga banyak yang menganut ideologi radikal itu,” jelasnya.

Terlebih menjelang tahun politik, Rudy menilai rawan sekali terjadi perpecahan antar suku dan umat beragama baik secara online maupun offline. Ini pasti cukup melelahkan dan mengkhawatirkan karena dapat mempengaruhi generasi bangsa.

“Tahun 2023 ini kan sudah mulai kita kenal sebagai tahun politik. Tentu faktor-faktor politik itu akan banyak masuk ke dalam masyarakat, termasuk umat beragama. Nah, jangan sampai membuat keseluruhan bangsa ini menjadi pecah hanya karena digelorakan yang itu harus hati-hati,” ungkap Rudy.

Untuk itu, Rudy berpesan agar pesta politik yang sejatinya hanya berlangsung sementara jangan sampai merusak kerukunan akibat nafsu politik semata. Memilih pemimpin sejatinya juga perlu bijak, dengan melihat bagaimana sepak terjangnya untuk kepentingan masyarakat luas serta punya program yang jelas. Masyarakat juga jangan mudah terjebak pada politik identitas yang memecah belah.

“Kita selalu kepada umat, memberitahukan bahwa pemilihan pemimpin itu jangan berdasarkan sukunya, jangan berdasarkan agama, jangan karena golongan. Tapi kita melihat track record-nya dia, bagaimana untuk kepentingan masyarakat luas, bagaimana ia bertindak dan bisa berbuat serta juga punya program yang jelas,” tuturnya.

Rudy berharap kepada segenap tokoh agama untuk berperan aktif memberikan penjelasan kepada umat pentingnya merawat Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 untuk menjaga Indonesia harmoni. Karena sejatinya urusan kehidupan kebangsaan tidak bisa dipisah-pisahkan.

“Mengajak dan menjelaskan supaya masyarakat betul tahu. Karena kehidupan kebangsaan kan tidak bisa kita pisah-pisahkan, kalau kita sibuk urusan kecil-kecil saja yang diributkan ya, nanti akibatnya kan bisa parah,” pungkasnya. BK/Man

 1,083 total views

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *