Jombang, BK – Penyebaran radikalisme dan terorisme berbungkus agama masih jadi ancaman serius, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Karena itu, sudah butuh keterlibatan banyak pihak, salah satunya dari kalangan pondok pesantren dan santri, yang memiliki ilmu agama yang mumpuni.
Karena itulah sosialisasi bahaya penyebaran radikalisme menjadi salah satu strategi dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman, serta keterampilan kepada para santri agar mampu menyaring berbagai informasi yang beredar serta menyebarkan konten perdamaian terutama di dunia maya hingga keseluruh penjuru negeri, bahkan dunia.
Hal itu dikatakan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH. Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin dalam kegiatan Workshop dan Pelatihan Santri Melalui Bidang Agama Dan Multimedia di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Selasa (14/6/2022)
“Sudah bukan waktunya kita tinggal diam, sudah waktunya kita berbicara, saatnya kita bertindak,” ungkap Gus Kikin.
Pelatihan itu diikuti 60 santri seluruh Jawa Timur (Jawa Timur). Menurutnya, kegiatan ini merupakan gagasan yang baik antara BNPT dengan Pondok Pesantren untuk memperkuat sinergi dalam memerangi narasi radikal terorisme.
“Di sini para santri dapat memperkuat pemahaman terhadap syariat, juga memperkuat kewajiban dalam beragama. Kalau BNPT kan memiliki sistem yang canggih, mengikuti perkembangan zaman, jadi kita juga belajar menghadapi cara-cara yang melibatkan teknologi dalam aktivitas sehari-hari untuk menyebarkan konten perdamaian yang jauh dari radikalisme terorisme,” sambung Gus Kikin.
Lebih lanjut, Wakil Ketua PWNU Jatim ini menjelaskan, bahwa saat ini keadaan dunia sedang tidak baik-baik. Karenanya perlu adanya keterlibatan Indonesia dalam mengabil langkah untuk menjaga perdamaian di dunia nyata maupun dunia maya.
“Dengan melihat kondisi yang ada sekarang, mudah-mudahan kita mampu, tidak hanya kita bertahan tetapi harus bangkit, sehingga Islam di Indonesia ditunggu di mana-mana, Islam yang wasathiyah, Islam yang ramah sedang ditunggu di dunia”, tegasnya.
Menurutnya, Islam wasathiyah merupakan bagian dari moderasi Islam yang dapat dijadikan vaksin radikalisme terorisme. Islam wasathiyah sejatinya merupakan ajaran ulama Nusantara yang selama ini dianut dan diamalkan oleh umat Islam.
“Islam yang wasathiyah, Islam yang mampu memisahkan pertikaian, menjauhkan peperangan, menjaga perdamaian. Itu yang sedang ditunggu”, pungkasnya.
Tak hanya itu, Indonesia menurut Abdul memiliki rasa persaudaraan yang kuat antar sesama yang menjadi pengikat persatuan dalam bingkai Pancasila.
“Makanya kiita bersilaturahmi, berkunjung, tahlilan, banyak peringatan-peringatan itu yang sudah kita lakukan bersama-sama di Indonesia. Kadang kita tidak menyadari, tetapi itulah yang memperkuat ukhuwah. Itulah yg menjadi modal bagi NKRI untuk menjaga kesatuan,” kata Gus Kikin. BK/Man