Jalin Silaturahmi untuk Urai Kebencian dan Intoleransi

Loading

Jakarta, BK – Hari Raya Idul Fitri tidak hanya diperingati sebagai hari kemenangan setelah satu bulan penuh umat Muslim berpuasa. Tapi Idul Fitri juga momentum untuk menjalin silatarahmi untuk mengurai kebencian dan intoleransi.

Dai milenial Habib Husein Ja’far Al Hadar, S.Fil.I., M.Ag, mengatakan bahwa budaya silaturahmi pada Idul Fitri menjadi momen penting guna saling mengenal dan berkomunikasi satu sama lain. Sehingga kesalahpahaman dan sentimen buruk dapat hilang oleh keberkahan dari silaturahmi itu sendiri.

“Silaturahmi itu didalamnya bukan hanya ada pemaafan dan pemberian maaf, tapi ada kesepahaman, kesalingkenalan satu sama lain. Karena kenal itu masalah menjadi terurai dan kalaupun ada masalah menjadi termaafkan,” ujar Habib Husein Ja’far Al Hadar, di Jakarta, Sabtu (14/5/2022).

Ia melanjutkan, membangun silaturahmi sejatinya mampu mengurangi perbedaan di antara individu. Sehingga budaya silaturahmi yang berkembang di Nusantara ini perlu terus dilestarikan untuk menjaga kearifan lokal juga menjadi momen untuk lebih memahami esensi ajaran agama.

Untuk melestarikan dan menjaga silaturahmi, lanjut Habib Ja;far, pertama adalah dengan mengetahui betapa besarnya pahala bagi orang yang menjaga tali silaturahmi dan betapa besar dosanya orang yang memutus silaturahmi itu.

Dalam salah satu sabdanya Nabi Muhammad SAW mengatakan “terlaknat orang yang memutus silaturahmi”. Bahkan Nabi Muhammad pun memuji orang-orang yang saling memaafkan, sehingga menjadi pahala bagi yang menjaga tali silaturahmi dan dosa bagi yang mengutusnya.

Kemudian kedua, mengetahui manfaat silaturahmi. Menurutnya silaturahmi adalah cara terbaik setelah sebelumnya terjadinya pertengkaran tanpa persoalan, atau salah paham. Ia uga menyinggung terkait enggannya generasi muda untuk ikut menjalin dan membangun silaturahmi. Ia menilai hal ini akibat daripada pola pikir para pemuda yang pragmatis dalam melihat hubungan.

“Kalau tidak ada hubungan bisnis atau tidak ada kepentingan di antara mereka untuk bertemu ya nggak bertemu. Itu yang membuat mereka enggan melakukan silaturahmi. Justru hubungan-hubungan yang berbasis kultural itu yang menjadi kekuatan bagi mereka termasuk dalam bisnis,” jelasnya.

Ia menilai, saat ini justru forum silaturahmi seperti forum motor, forum mobil atau forum hobi bersama bisa menjadi bagian dari silaturahmi. Hal tersebut tumbuh dari kesadaran pada kesamaan hobi atau kesamaan fashion. Bahkan nantinya pada dasarnya tanpa kesamaan itu sendiri justru dalam titik perbedaan mereka seharusnya membangun silaturahmi agar bisa mengurangi perbedaan di antara mereka.

Karena itu, perlu membentuk media media komunikasi baik secara online maupun offline untuk menjadi ruang publik yang sehat bagi masyarakat yang akhirnya bisa mengobrol secara terbuka tanpa ada kebencian, tanpa ada prasangka dan lain sebagainya.

Habib Ja’far menilai pada aspek yang lebih besar keuntungan silaturahmi bukan hanya bagi kedua belah pihak tapi bagi umat dan bangsa ini sendiri.

Sehingga silaturahmi perlu diajarkan kepada generasi muda bahwa silaturahmi itu bisa membuat kedua belah pihak saling memahami, sehingga masalah menjadi terurai. Selain itu, silathurami membuat kedua belah pihak saling belajar satu sama lain sehingga saling menambah ilmu.

Ketiga menurutnya yaitu membuat kedua belah pihak membuka peluang-peluang untuk bekerjasama dalam hal-hal yang bersifat positif dan konstruktif bagi keduanya.

“Misalnya ketemu di satu kafe duduk bersama silaturahmi, akhirnya justru ada hal positif dan konstruktif yang menguntungkan bagi kedua belah pihak untuk dikerjakan bersama. Bukan hanya kedua belah pihak, tetapi juga bagi umat dan bangsa ini Itulah pentingnya silaturahmi,” kata Habib Jafar.

Tidak hanya itu, aktivis di Gerakan Islam Cinta ini menilai perlu adanya peran dari para tokoh agama dan juga tokoh masyarakat, dalam hal menjaga dan saling mengingatkan guna memperkuat ukhuwah atau persaudaraan kebangsaan melalui tali silaturahmi.

“Tokoh agama dan tokoh masyarakat dapat berperan dalam menyadarkan tentang pentingnya silaturahmi sebagai masyarakat. Yang kedua, menginisiasi terbentuknya forum-forum silaturahmi diantara mereka,”ujarnya.

Ia mengungkapkan, bulan Syawal ini seharusnya bisa menjadi bulan atau momentum bagi seluruh umat dan masyarakat untuk berkumpul dan saling bertemu untuk saling bersatu dan saling mengenal terhadap hal-hal yang selama ini dianggap berbeda.

Dalam momen ini, para tokoh agama serta tokoh masyarakat seharusnya menjadi penyadar dan sekaligus menjadi sosok yang mempertemukan, mempersatukan umat karena adanya kewibawaan dari si tokoh agama dan tokoh masyarakat tersebut.

Ia berpesan untuk segenap umat agar budaya silaturahmi tidak hanya dilakukan pada saat Idul Fitri semata, tetapi berkepanjangan. Sehingga di tengah perbedaan bagnsa ini tetap berfokus kepada kebersamaan, sehingga persatuannya tidak tercerai berai di tengah perbedaan. BK/Man

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *