Laut tidak bisa dipisahkan dari sosok Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) era presiden Jokowi periode pertama. Besar dan menghabiskan hari-hari di lingkungan laut, membuat Susi Pudjiastuti sangat memahami kondisi laut Indonesia, yang mempunyai pantai terpanjang kedua di dunia setelah Perancis.
Indonesia yang sebelumnya digadang-gadang sebagai negara agraris, berubah menjadi negara maritim saat Susi Pudjiastuti menjabat sebagai Menteri KKP.
Gebrakannya melakukan penenggelaman kapal negara asing yang melakukan pencurian kekayaan laut di negeri ini, membuat wilayah laut Indonesia disegani dan ditakuti para “illegal fishing”.
Setelah Susi tidak lagi menjabat sebagai Menteri, kegiatan beliau kembali pada rutinitasnya.
Bersih-bersih pantai menjadi kegiatan rutin yang dilakukan Susi setiap hari.
Sejak Jumat (6/5/2022) relawan dan simpatisan yang tergabung dalam #KopiSusi datang ke daerah Pangandaran. Selain bersih-bersih pantai dari sampah yang menggunung, peninggalan wisatawan yang datang saat Lebaran, para relawan juga diundang dalam acara Halal Bihalal.
Minggu (8/5/2022) suasana santai Halal Bihalal yang diadakan persis di pinggir pantai, dan sambutan yang ramah dari tuan rumah, membuat para relawan tergerak untuk mengajukan sejumlah pertanyaan terkait dengan kondisi negara ini, terutama masalah laut.
“Kita seharusnya sangat bersyukur bahwasannya Indonesia mempunyai semua sumber daya alam. Sayangnya pemanfaatan sumber daya alam yang seharusnya bisa diolah untuk kepentingan rakyat Indonesia tidak dimaksimalkan, bahkan cenderung pengolahannya lebih ke eksplotasi. Terutama potensi laut kita. Contohnya saat saya masih menjabat sebagai Menteri KKP, penduduk di kepulauan Natuna bisa menghidupi kebutuhan Keluarganya dengan memancing gurita di laut, hanya dengan kail bambu. Sehari mereka bisa mendapat sampai tiga ekor atau sekitar tiga kilo. Harganya kalau dijual sekitar Rp100.000,- perkilo. Perputaran uang dari hasil transaksi gurita di Natuna hampir sekitar tiga milyar per hari. Sayangnya sekarang perairan sekitar Natuna sudah mulai dimasuki kapal asing lagi, yang mengakibatkan anak-anak gurita ikut terbawa saat mereka menggunakan pukat. Akibatnya penduduk Natuna kembali kesulitan mencari nafkah,” jelas Susi.
Pembicaraan berlanjut ke masalah penggunaan plastik yang berlebihan. “Plastik baru dapat diurai setelah empat tahun, bayangkan jika penggunaan plastik tidak dikurangi. Bisa-bisa kamar tidur kitapun akan penuh dengan plastik,” lanjut Susi.
Tanya jawab dengan para relawan berlangsung sekitar hampir tiga jam. Canda tawa mengiringi acara tersebut. Acara Halal Bihalal siang tadi ditutup dengan makan siang.
Lagi-lagi menu yang disuguhkan diambil dari tempat Susi Pudjiastuti sendiri. Udang goreng mentega menjadi menu yang tidak pernah absen, selain urap kecombrang. Sayuran yang dipakai merupakan tanaman dari kebun sendiri, dan tidak menggunakan pestisida atau bahan kimia apapun.
Gelas minuman yang terbuat dari kertas, sendok kayu mencerminkan konsistensi Susi terhadap lingkungan. Ditambah dengan peraturan untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan, dimana hampir 90% peserta merokok, menjadikan lingkungan di tempat tinggal beliau benar-benar terjaga kebersihan dan keasriannya (RiniChan)