Cilegon, BK – Tokoh agama atau ulama memiliki peran besar di tengah masyarakat. Tidak hanya dalam bidang keagamaan semata, namun ulama juga berperan besar dalam bidang sosial hingga keamanan dalam masyarakat. Oleh karena itu sejatinya ulama adalah salah satu aset terbesar bangsa dalam membendung paham radikal terorisme.
“Indonesia ini dikawal oleh ulama-ulama besar. Sejak sebelum merdeka, saat merdeka hingga sampai hari ini, ulama menjadi penjaga garda bangsa, bersama seluruh elemen masyarakat” ungkap Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Dr. Boy Rafly Amar, MH dalam kegiatan Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan bersama para Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama di PT Alba Putera, kawasan Industri Krakatau Steel, di Kota Cilegon, Rabu (30/3/2022) malam.
Acara itu juga dihadiri Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Habib Muhammad Lutfi Bin Yahya dan Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) dan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK), Prof Dr. Said Aqil Siradj, MA, dan berbagai tokoh agama dari LPOI dan LPOK.
Selain itu, lanjut Boy, peran ulama sangat besar dalam menyatukan perbedaan dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegera, baik perbedaan suku, bahasa hingga ras. Ulama pula yang mengenalkan prinsip hubbul wathon minal iman, sehingga timbul semangat persatuan dan nasionalisme dalam kehidupan masyarakat.
“Alhamdulillah kita melihat hari ini, dari Sabang sampai Merauke kita bersatu, lain suku, lain bahasa, hingga perbedaan ras, kita tetap bersatu. Karena inilah yang diajarkan oleh ulama, ulama yang memperkenalkan prinsip hubbul wathon minal iman (cinta tanah air adalah sebagian dari iman). Karena kalau tidak, kita bisa terpecah belah dan lebih mementingkan kepentingan masing-masing,” ungkapnya.
Boy Rafli menambahkan, kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia pun terjaga karena adanya peran dari para ulama. Dimana para ulama terus mengajak umat Muslim untuk terus menjaga dan menjadi teladan dalam kemajemukan, walaupun menjadi mayoritas.
“Kita memiliki warga negara yang agamanya berbeda dengan kita, ada agama Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan aliran kepercayaan lainnya. Dalam konstitusi negara, kita memiliki hak yang sama. Walaupun Islam di Indonesia ini adalah mayoritas, tetapi sebagaimana yang disampaikan ulama, umat Islam harus bisa menjadi teladan dalam bertoleransi” ungkap mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.
Boy mengungkapkan, apa yang sudah diwarikan oleh para ulama terdahulu sejatinya harus menjadi modal bagi bangsa ini dalam kehidupan berbangsa bernegara. Dengan modal inilah, bangsa Indonesia bisa menjaga semangat kesatuan dan persatuan, dan bahu membahu menbangun negeri. Juga terus waspada terhadap penyebaran paham radikal terorisme yang menggunakan narasi-narasi agama, yang dibelakangnya malah mengajarkan narasi kekerasan dan perpecahan.
Oleh karena itu Kepala BNPT meminta kepada para umat Islam untuk tidak mudah terkecoh, hingga mau bergabung dengan kelompok jaringan radikal intoleran. Apalagi bangsa ini sudah punya jati diri sendiri, dan sudah punya karakter sendiri bahwa bangsa ini cinta terhadap perdamaian
“Mari kita kedepankan semangat persatuan, kita cinta dengan nilai kemanusiaan dan kita cinta dengan sesama umat. Walaupun kita berbeda-beda, itulah semangat yang diwariskan oleh para leluhur kita, para wali, yang kita harapkan bisa kita jaga dan kita pelihara,” pungkas Kepala BNPT. (BK/Man)