Jakarta, BK – MEREBAKNYA coffee shop di tanah air turut didukung oleh pergeseran tren yang berdampak pada eksistensi dan kemajuan industri kafe. Coffee shop atau kafe dapat dikategorikan sebagai suatu tempat yang melekat dengan generasi muda. Baik pagi, siang, ataupun malam, mayoritas kaum muda memilih kafe sebagai destinasi untuk melakukan berbagai aktivitas.
Hal ini tentu tidak terjadi begitu saja. Ada sejumlah pergeseran gaya hidup dan tren di sana, yang berakibat pada meningkatnya kebutuhan generasi muda akan kafe. Melihat peluang tersebut, tidak sedikit pelaku usaha yang mulai merambah dan mencoba peruntungan di industri kafe. Alhasil, industri ini pun mempunyai persaingan yang cukup ketat.
Karenanya, setiap pelaku usaha dan pekerja profesional perlu mengetahui tren coffee shop masa kini agar dapat menghadapi persaingan dan meraih perhatian calon pengunjung.
Bagi generasi muda masa kini, ‘nongkrong’ di kafe telah menjadi suatu budaya populer dimana mereka tidak hanya membeli makanan dan minuman, tapi juga membeli nilai-nilai prestise dari budaya ‘ngafe’ tersebut.
Aktualisasi diri melalui kegiatan ‘ngafe’ pun tidak dapat dipisahkan dari kehadiran media sosial sebagai wadah untuk menampilkan eksistensi. Contohnya, kamu pasti sering melihat Instagram Story teman-temanmu yang sedang nongkrong di kafe, kan? Atau kamu mungkin senang memposting foto makanan atau minuman yang kamu pesan saat berada di kafe? Nah, hal ini merupakan wujud pengungkapan eksistensi diri melalui media sosial.
Stroom Coffee, adalah salah satu dari sekian banyak coffee shop yang meramaikan persaingan di industri coffee shop yang mementingkan desain dan suasana kafe yang instagramble. Akan tetapi Stroom Coffee berbeda karena masih menggunakan konsep gedung bernuansa klasik.
Stroom Coffee Berlokasi di Jakarta, tepatnya di PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya, Jalan Ridwan Rais 10110 Jakarta Pusat Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Saya sendiri memutuskan untuk mengunjungi Stroom Coffee pada hari libur Minggu pagi, yang dimana ketika pagi itu adalah waktu yang tepat untuk menikmati secangkir kopi. Karena rumah saya berada di Bekasi, saya memutuskan untuk menggunakan mode transportasi umum Kereta Rel Listik (KRL), dengan tujuan Stasiun Gondangdia. Sebenarnya tidak harus dengan mode transportasi kereta akan tetapi menurut saya Kereta Rel Listrik (KRL) menjadi transportasi yang nyaman dan murah.
Setelah sampai Stasiun Gondangdia saya memutuskan untuk berjalan kaki dari stasiun karena letak Stroom Coffee dengan Stasiun Gondangdia tidak begitu jauh hanya berjarak 300 meter. Ketika jalan kaki pun tidak terasa pegal dan cape, karena sepanjang jalan dari Stasiun Gondangdia menuju Stroom Coffee disuguhi pemandangan gedung – gedung pencakar langit Jakarta.
Ketika sampai Stroom Coffee saya langsung takjub melihat keunikan gedung Stroom Coffee yang masih bernuansa klasik. Padahal, yang kita tahu kebanyakan coffee shop saat ini mempunyai konsep yang modern.
Sejarah singkatnya gedung Stroom Coffee itu sendiri berawal dari perusahaan milik negara yang bernama NV NIGM, gedung ini didirikan tahun 1897 di daerah Gambir, Jakarta. Gedung kantor yang monumental ini sejak 27 Oktober 1945 menjadi kantor Perusahaan Listik Negara (PLN), gedung ini tidak lagi berfugsi untuk kegiatan kerja, dan kondisinya sangat terawat. Yang saat ini beralih fungsi menjadi tempat nongkrong yang asik yaitu Stroom Coffee. Cerita ini saya dapatkan langsung dari pemilik Stroom Coffee yang biasa dipanggil Mas Ridwan.
Langsung saja saya memutuskan untuk memesan secangkir coffee latee dan roti Croissant sebagai pelengkapnya. Di Stroom Coffee itu sendiri selain kopi banyak menu makanan berat dan makanan ringan, dengan range harga 25K – 35K. Tidak perlu cemas untuk kalian yang tidak suka kopi karena masih banyak varian minuman non coffee.
Setelah cukup puas menyantap minuman dan makanan, saya mencoba untuk mengeksplorasi gedung Stroom Coffee untuk mengambil swafoto dengan latar belakang gedung yang bernuansa klasik ini.
Stroom Coffee ini menjadi tempat yang nyaman karena dapat memberi peluang untuk bersosialisasi dengan orang baru. Saya berangkat menuju Stroom Coffee seorang diri. Hal ini dapat menjadi langkah yang bagus untuk bersosialisasi dan bertemu dengan orang baru. Berdasarkan pengalaman, saya pernah mendatangi coffee shop seorang diri dan memang tanpa adanya tujuan yang jelas. Di sana, saya dapat berinteraksi dengan baristanya dan pemiliknya untuk sekadar membicarakan cuaca atau request lagu. Interaksi yang sederhana sekalipun dapat menambah wawasan kita tentang menjalin relasi dan lain-lain. (Josi Nur Panuntas Al Amin Mahasiswa Unisma Bekasi)