Purwakarta, BK – KETIKA jalan-jalan tidak selalu harus mengeluarkan banyak uang, sesekali saya mencoba bepergian ke Purwakarta dengan membawa uang yang bisa dibilang tidak banyak untuk ke salah satu destinasi wisata di sana, yaitu hanya Rp100.000 saja. Saya mempunyai tantangan untuk diri saya sendiri apakah Rp100.000 cukup untuk bepergian ke Purwakarta, sudah termasuk ongkos pulang, pergi, makan/ jajan dan destinasi wisata kalau bisa masih sisa uangnya, mari kita coba.
Saat ingin pergi ke Purwakarta saya mengendarai motor berboncengan dengan teman menuju ke Stasiun Cikarang untuk naik Kereta Lokal, karena titik keberangkatan Kereta Lokal di Kota atau Kabupaten Bekasi hanya tersedia di Stasiun Cikarang. Sesampainya di Stasiun saya langsung mencari penitipan motor terdekat karena parkiran stasiun sudah sangat penuh.
Setelah itu saya langsung berlari ke atas Stasiun untuk scan barcode tiket Kereta Lokal, tidak lupa juga scan barcode peduli lindungi karena persyaratan untuk naik Kereta Lokal minimal wajib vaksin dosis pertama. Sesudah melewati scan saya langsung mencari Kereta Lokal Walahar Ekspres (388), yang kebetulan kereta tersebut sudah tiba 20 menit sebelum jadwal keberangkatan jam 11:20 WIB.
Sesampainya di Stasiun Purwakarta sekitar jam 13.02 WIB, banyak sekali ojek pangkalan dan supir angkutan umum yang berada di depan pintu keluar Stasiun Purwakarta. Lalu mereka menyebutkan nama daerah dan destinasi wisata yang sering dituju oleh orang-orang ketika keluar dari Stasiun.
Namun saya lebih memilih untuk mencari minimarket dahulu untuk membeli makanan dan minuman. Sambil makan/ minum di bangku yang disediakan oleh minimarket kami pun mengobrol tentang destinasi wisata apa saja yang mau dikunjungi selain Waduk Jatiluhur. Karena sebelumnya saya pernah Waduk Jatiluhur dengan orang yang beda, oleh karena itu saya ingin mencoba destinasi yang berbeda.
Di tengah obrolan saya mengusulkan gimana kalau ke bangkai kereta yang tidak jauh dari Stasiun Purwakarta, karena saya pun sedari dulu selalu ingin tahu ketika melewati Stasiun Purwakarta saat pulang kampung. Apakah itu hanya penyimpanan kereta yang sudah tidak terpakai atau mungkin bisa juga untuk reparasi bagian kereta yang rusak.
Selanjutnya kamipun berjalan sejauh kurang lebih 300 meter dari minimarket, melewati pemukiman warga dan meyebrangi rel kereta yang begitu banyak. Setelah sampai kamipun mengambil foto di sekitaran bangkai Kereta, saya mencoba mengambil foto di dalam salah satu gerbong kereta yang sudah tidak digunakan.
Setelah puas mengambil foto tidak lama kemudian datanglah seorang Satpam yang sedang bertugas di sekitar bangkai kereta, lalu memberitahu ke saya bahwa sebenarnya tidak boleh mengambil foto. Tetapi kami diperbolehkan untuk menyimpan foto, lalu Satpam tersebut meminta kami secara baik-baik untuk meninggalkan lokasi karena tidak boleh dikunjungi sembarang orang.
Selanjutnya kami berjalan ke Taman Surawisesa yang ditutup sementara mungkin karena pandemi. Kami pun mengobrol kembali untuk destinasi wisata apalagi yang akan dituju. Kami pun sepakat untuk pergi ke Waduk Jatiluhur namun mencoba dengan cara yang berbeda yaitu menggunakan angkutan umum sebagai transportasi untuk sampai ke lokasi.
Karena sebelumnya saya pernah menggunakan Gocar yang argonya menurut saya luamayan sekitar Rp50.000 itu pun tidak sampai masuk area wisata melainkan hanya sampai di depan pintu masuk Waduk Jatiluhur. Kalau ingin masuk sampai area wisata saya harus membayar tiket supir Gocar sebesar Rp25.000, saya pun lebih memilih jalan kaki dari depan pintu masuk sampai area wisata.
Ketika saya jalan kaki saya melihat angkutan umum yang tidak diberhentikan oleh Satpam yang berjaga di depan pintu masuk. Lalu saya berpikir apa iya kalau misal ke Waduk Jatiluhur lagi terus naik angkutan umum tidak diberhentikan atau tidak di cek kalau membawa orang luar daerah Jatiluhur.
Lanjut ke cerita sebelumnya, akhirnya kami pun menaiki angkutan umum dari Taman Surawisesa namun tidak ada yang langsung ke Waduk Jatiluhur. Mau tidak mau kami harus berhenti di pertigaan yang menghubungkan ke arah Jatiluhur, Terminal Ciganea dan Bunderan.
Setelah sampai di pertigaan tersebut kami langsung naik angkutan umum yang melewati Waduk Jatiluhur. Ketika melewati pintu masuk Waduk Jatiluhur memang benar dugaan saya, yaitu tidak diberhentikan dan itu menghematkan uang saya, akhirnya kamipun sampai di lokasi.
Kami melewati pepohonan yang sangat benar-benar tinggi untuk ke batu yang berada di bawah yang lumayan besar. Setelah itu kami mengambil beberapa foto dan sambil menikmati sejuknya udara dan tenangnya suasana di Waduk Jatiluhur, ada juga seorang yang sedang memancing di danau dekat waduk itu seakan menambah suasana seperti jauh dari keramaian.
Waktu menunjukkan pukul 16.30 WIB kami pun menunggu angkutan umum yang melewati Terminal Ciganea. Setelah itu kami lanjut ke Stasiun Purwakarta. Setelah sampai kami pun membeli minuman di minimarket dan juga membeli makanan di depan pintu masuk stasiun untuk makan di kereta perjalanan pulang.
Sekitar jam 17:35 WIB waktunya Kereta Walahar Ekspres (391) berangkat menuju stasiun akhir yaitu Stasiun Cikarang. Jam 19.10 kami pun sampai di Stasiun Cikarang. Lalu saya mengambil motor di penitipan motor untuk menuju ke rumah orang tua saya di Rawalumbu Kota Bekasi.
Ketika sudah sampai rumah saya langsung bergegas mandi dan makan malam. Setelah makan saya mencoba menghitung pengeluaran dan sisa uang. Untuk Kereta Lokal PP Rp8000, minuman Rp10.000, makanan Rp10.000, angkutan umum Stasiun Purwakarta – Ciganea PP Rp10.000, Ciganea – Jatiluhur PP Rp20.000, penitipan motor Rp8.000, bensin Rp15.000, total semua Rp81.000. Menurut saya masih sangat sesuai untuk nominal segitu. (BK/Ikbal Yuda Prakasa)
Penulis adalah Mahasiswa Unisma Bekasi