Oleh Iftitah Sangadah
KEBAHAGIAAN tak selalu hadir di keramaian, kadangkala kebahagian datang di tempat yang sunyi, dengan mendengar gemericik air, burung yang bersiul, bahkan suara pohon yang terkena angin dan bergerak secara bersamaan.
Telaga Saat menyajikan denting itu secara alami, ribuan pohon teh di pebukitan yang tinggi, bahkan satu danau yang luas. Damai yang tak terbantahkan. Cuaca yang teduh tidak menyurutkan saya untuk datang sekitar 81 km dari Kota Bekasi menuju daerah Puncak Bogor, Jawa Barat.
Dengan menunggangi sepeda motor semakin damai dalam menikmati hidup. Membutuhkan waktu sekitar 2 jam 30 menit untuk tiba ke lokasi. Saat memasuki kawasan Puncak Bogor hati terasa sangat damai, tidak berhenti bersyukur apa yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada saya. Dapat merasakan udara segar dan pemandangan yang sangat jarang saya jumpai.
Untuk pertama kalinya saya melakukan perjalanan jauh seorang diri yang hanya mengandalkan Google Maps. Tantangan menuju Telaga Saat sangatlah menyenangkan, karea setelah pintu masuk pertama kita akan disuguhkan dengan jalan yang tidak di aspal, melainkan hanya batu yang disusun, perlu konsentrasi penuh dalam membawa kendaraan ke sini.
Jalanan yang rusak dan naik turun, bahkan pada saat di pertengan saya hampir terjatuh karena tidak sengaja melewati jalan yang dipenuhi oleh tanah merah, terlebih lagi datang ke lokasi saat memasuki musim penghujan.
Sepanjang jalan disuguhi pohon teh yang terbentang luas dan sungai kecil bahkan terdapat gubuk kecil yang berfungsi sebagai tempat berteduh untuk para pekerja yang ingin istirahat. Setalah 2km, sudah mulai terlihat Telaga Saat, bahkan terdapat balon udara yang besar sebagai tanda bahwa telaga itu sudah berada di depan mata.
Di area parkir melihat ke kanan dan ke kiri yang takjub melihat teduhnya area ini yang tertutup dengan banyaknya pohon pinus yang berdekatan, semunya serba hijau selain jalanan yang disusun dengan bebatuan.
Saya sempat mengambil gambar dengan latar belakang bukit yang sangat hijau yang menjadi sasaran wisatawan untuk berfoto karena pemandangan yang sangat indah. Telaga Saat sebenarnya memberi peluang yang bagus dalam bidang pariwisata.
Dikala menikmati pemandangan yang bagus ini, ternyata hujan datang, semua orang mencari perlindungan agar tidak terkena air, di saat itu juga suasana menjadi sangat hening hanya suara gemricik air hujan yang terdengar. Suasanannya membuat badan terasa sangat nyaman, hingga tidak mau beranjak untuk pulang.
Jam sudah menunjukkan pukul 17.00, hujan pun reda. Kendala selalu ada dalam suatu perjalanan, seperti yang saya rasakan saat ingin pulang. Saya pun melihat jalanan yang dipenuhi tanah merah, membuat saya takut apakah bisa melewati jalanan yang dipenuhi tanah merah itu sendiri. Dengan percaya diri melewati jalan tersebut, tidak berhenti saya untuk menguatkan diri saya sendiri untuk fokus saat berkendara.
Setelah sampai di jalan raya Puncak awan mulai menghitam, sampai tidak bisa membedakan apakah awan tersebut awan yang hampir mendekati malam atau awan yang ingin turun hujan. Ternyata 10 menit kemudia turun hujan yang semakin membuat hati saya lebih tenang dan menikamati hari yang akan selesai menuju hari berikutnya.
Cukup sedikit saja yang saya ketahui tentang tempat tersebut, tetapi hati ingin mendatanginya lagi di saat liburan tiba. Waktu saat ini saya hanya ingin menenangkan diri dengan datang ke wisata yang menyajikan pemandangan alam yang dapat menghipnotis mata dan juga pikiran. Kembali ke alam yang selalu ada batasnya dan hukum alam yang terus berjalan. (Penulis adalah Mahasiswa Unisma Bekasi)