Penulis: Yoni Haris Setiawan
(Direktur QM Lembaga TEMALI/Penggagas Rumah Bimbel Literasi Indonesia QURUTA)
Hari, bulan, dan tahun boleh berganti. Jasad boleh abadi di pusara, haluan boleh berubah. Namun spirit patriotisme dan nasionalisme para pahlawan di medan laga yang telah mempersembahkan dedikasi, pikiran, jiwa, raga , bahkan nyawa untuk negeri ini tidak boleh mati walau generasi berganti.
Salah satu kegiatan Program Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah penyusunan atau pembuatan karya inovatif meliputi, menemukan teknologi tepat guna; menemukan atau menciptakan karya seni; membuat atau memodifikasi alat pelajaran; dan mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya. Dalam pelaksanaannya dapat memenuhi penetapan angka kredit (PAK) dan kenaikan pangkat bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Sedangkan bagi peserta didik untuk memenuhi penilaian produk.
Sejalan dengan itu, kegiatan PKB dapat dipadukan pada peringatan Hari Pahlawan (10 November 2021) bagi tenaga pendidik, kependidikan, mahasiswa, dan masyarakat pembelajar yang sedang digiatkan dalam Kelas Bimbingan Menulis Tuntas (KBMT) yang merujuk pada tema sentral “Pahlawanku Inspirasiku”. Proses kegiatan KBMT fokus pada kegiatan PKB sub unsur karya inovatif yaitu menemukan atau menciptakan karya seni, diantaranya terdiri dari seni sastra (novel, kumpulan cerpen, kumplan puisi, naskah drama/skenario film).
Bahwa penilaian jenis karya seni untuk jabatan guru ditekankan kepada penciptaan karya seni secara perorangan atau kolektif, bukan pengulangan atau peniruan. Hal ini telah ditunjukkan para guru dalam menemukan atau menciptakan karya seni berbentuk Karya Sastra Puisi. Beberapa peserta KBMT torehan penanya telah mengisi ruang media yaitu Asep Halimurosid (Patriot Bangsa), Sri Suci Ramadani (November Berdarah), dan Rini Anggraeni (Pengorbanan Pahlawan), Iis Kustiani (Angkara Di Bumi Pertiwi), Dede Nurhasanah (Merangkul Asa Di Surabaya), dan Nana Supriatna (Untukmu Pahlawanku).
Pada tulisan bagian ketiga ini, mengapresiasi literasi karya inovatif yang ditorehkan rr. Nurul Hidayah (GPAI SDN SDN 1 Nagrikidul, Purwakarta). Rini Muliawati AS (GPAI SDN 1 Neglasari, Purwakarta) dan Eep Saepul Hayat (GPAI SMPN 3 Pasawahan, Purwakarta). Semangat literasi ini merupakan persembahan dari Guru PAI untuk para Pahlawan yang gugur di medan juang sebagai Kusuma Bangsa.
KIDUNG CINTA UNTUK PAHLAWAN
Karya: Nurul Hidayah
Saat sekutu membombardir Surabaya, menikam menghujam
Desing peluru, dentuman Meriam
Memekakkan telinga, Bumi Surabaya mencekam
Peristiwa 10 Nopember 1945 yang tiada karam
Menyerbu, menyerang, melawan penjajah yang kejam
10 Nopember 1945
Pekik takbir pejuang membahana; “Allahu Akbar…!!!“
Bung Tomo mengobarkan semangat juang membara
Menggempur tentara sekutu durjana
Merebut kembali kebebasan yang ada
Pertempuran berhari-hari, menewaskan Jenderal Mallaby
Surabaya bercecer darah, tertumpah banyak mengalir
Enam belas ribu pejuang gugur dalam perjuangan
Dibantai tidak berperikemanusiaan
Surabaya, 10 Nopember 1945 dalam pertahanan
Pahlawan berjuang tiada henti sampai titik darah penghabisan
Siang malam tanpa mempedulikan nyawa melayang dipertaruhkan
Demi Bumi Pertiwi, merobek Bendera Belanda, dicampakkan
Disana Merah Putih berkibar jaya
Hotel Yamato saksi bisu sejarah
Perjuangan merebut kemerdekaan
Surabaya, 10 Nopember 1945 pukul mundur penjajahan
Pahlawan menghantarkan pada kemenangan
Merebut kebebasan yang hilang
Setiap pengorbanan dan jasa para Pahlawan tidak akan sia-sia
Begitu besar tiada tara dikenang selalu sepanjang masa
Pada bangsa Indonesia tercinta, damai dan sejahtera
Di Kelas 1A, SDN 1 Nagrikidul, Purwakarta-Jawa Barat,
Selasa, 09 November 2021; 11:25 WIB
————-*****————-
KUMANDANG SYAIR SANG SAKA
Karya: Rini Muliawati AS
Gencatan senjata rajaswala para Pejuang Bangsa
Di bawah mega penghias langit Surabaya
10 November 1945 bukti nyata
Maut menghadang di depan mata
Rakyat pertahankan Tanah Pusaka
Bersatu merebut Tanah Air membela Negara
Dari para penjajah yang merajalela
Serangan bambu runcing simbol bhadrika
Senapan beradu peluru bersahutan di udara
Dentuman mortar berkecamuk mesiu bicara
Darah tumpah membasahi Tanah Surabaya
Kaki telanjang penuh luka
Berpuluh ribu jiwa gugur di Medan laga
Menjadi citraloka perlawanan Indonesia
10 November 1945 penuh cerita
Tonggak sejarah menghalau bala tentara
Kobaran semangat anggara bergema di Kota Surabaya
Takbir berkumandang lantang menembus sukma
Para pemuda bangkit angkat senjata
Bergerak maju, menyerbu prajurit Inggris dan Belanda
Hingga ajal menjemput nyawa
Kumandang syair Sang Saka Merah Putih
Berkibar ditiang tegak berdiri
Hotel Yamato menjadi saksi kunci
Merobek biru dengan gagah berani
Allahu Akbar…!!! Allahu Akbar…!!! Allahu Akbar…!!!
Teriakkan ‘Merdeka atau Mati’
Membakar semangat juang demi negeri
Binasakan koloni keji di Bumi Ibu Pertiwi
Merdeka!
Bergelora membara di angkasa
Bertahta dalam raga Republik tercinta
Genggam erat jemari-jemari perkasa
Kepalkan tangan bersama merajut asa
Bersatu padu meraih prestasi dan karya
Untuk tampil di era Buana
SDN 1 Neglasari Darangdan, Purwakarta-Jawa Barat
Rabu, 3 Nopember 2021; 10:45 WIB
Ruang Kantor, Ditemani Mentari yang Bersembunyi
————-*****————-
MALAIKAT YANG MENYAMAR
Karya: Eep Saepul Hayat
Kilau bintang menghiasi cakrawala
Kepakan sayap membelah angkasa
Menerjang menembus arena juang
Menyambut panggilan Ibu Pertiwi
November 1945 peristiwa dalam kenangan
Untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan
Pertempuran Surabaya yang dikenal
Para penjajah mendaratkan kaki di Surabaya
Membawa niat busuk merebut kemerdekaan Indonesia
Hotel Yamato menjadi saksi bisu
Saat Bendera Merah Putih Biru berkibar syahdu
Genderang perang pun ditabuh
Rakyat Surabaya bergejolak marah
Ksatria memanjat puncak Yamato
merobek dan membakar bendera Belanda
Hingga berkibar Sangsaka Merah Putih menjulang ke angkasa
Berkobar semangat juang Pahlawan Bangsa
Kematian sang Jenderal Mallaby membuat tentara Inggris beringas
Ultimatum tidak membuat tentara dan masyarakat Surabaya takut
Tentara dan Arek-arek Suroboyo justru menyambut
Siap berkorban jiwa dan raga mempertahankan kemerdekaan
Bung Tomo membakar semangat para pejuang.
“Merdeka atau mati!”
Terdengar pekikan suara bergemuruh menyeru:
Allahu Akbar…!!! Allahu Akbar…!!! Allahu Akbar…!!!
Mata memandang tajam jauh ke depan
Setajam bambu runcing dalam genggaman
Menari, mengoyak menghancurkan musuh
Darah dan peluh menghiasi tubuh
Pahit ketir perjuangan terlewati
Seia sekata dalam pergerakan
Bahu membahu mengusir kedzoliman
Syahid cita-cita yang didambakan
Kami baringkan untuk beristirahat dengan kelembutan
Berbalut tinta emas dalam ingatan
Pahlawan adalah malaikat yang menyamar
Meniup syahdu sangsakala di setiap wajah tentang semua kenangan
Genggereng Salem, Pondoksalam-Purwakarta,
Senin, 02/11/2021; 10:17 WIB
#Salam Literasi; Indonesia_Berkarya!!!
#Salam Guru Literat; Semangat_Hebat_Literat!!!
Bersambung….