Santri Guncang Nusantara dan Bergerak Dalam Literasi

Loading

Penulis Asep Halimurosid
(Guru PAI SDN Hegarmanah Cugenang, Cianjur-Jawa Barat)

PENCANANGAN  dan Peluncuran Program Gerakan Literasi Santri Nusantara (GLSN) menjadi momentum dan babak baru torehan sejarah di abad 21 bagi pegiat dan penggerak literasi di Indonesia, khususnya Santri. Sejumlah Pondok Pesantren pun ikut ambil bagian dalam program ini, bagaimana pondok pesantren dapat berkolaborasi bersinergi, dan mempersiapkan Santri Literat?

Dalam rangka menyambut Hari Lahir Nabi Muhammad SAW (12 Rabiul Awwal 144H) dan Peringatan Hari Santri Nasional (22 Oktober 2021), Pengurus Pusat QURUTA Management Lembaga TEMALI, Yayasan QURUTA Insan Cendekia Indonesia (The YAQINNA Foundation) bekerjasama dengan Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (PAKIS) Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar acara Pencanangan dan Peluncuran Program Gerakan Literasi Santri Nusantara (GLSN), Selasa (19 Oktober 2021M/12 Rabiul Awwal 1443H).
Acara yang dimulai pukul 18.30-22.20 WIB melalui zoom meeting, Program GLSN mengusung jargon “Dari Qalam Santri Merangkai Indonesia dan Dunia” setelah itu dilanjutkan Dialog Literasi Antar Pondok Pesantren dengan topik “Kolaborasi dan Sinergitas Pontren dan Santri dalam Membumikan Peradaban Literasi Islam.”

Program GLSN yang bertujuan membangkitkan, membumikan, menebarkan, menumbuhkembangkan, membudayakan dan menggerakan kembali peradaban literasi Islam yang telah digoreskan para Cendekiawan dan Ilmuwan Muslim terdahulu dengan menghasilkan berjilid-jilid mahakarya literasi; memberikan ruang kebebasan berekspresi, berinspirasi, berimajinasi, dan karya literasi berbasis produk pada warga Santri.

Selanjutnya Yoni Haris Setiawan (Direktur/Motivator Literasi PPQM) menyampaikan paparan latar belakang, konsep dasar, dan tujuan dicanangkan dan diluncurkannya Program GLSN, bahwa Indonesia di dunia internasional berada pada posisi titik terendah dalam literasi dari negara-negara lain, sejak tahun 2000-2018 terindikasi peringkat 38 dari 41 negara, 62 dari 72 negara, dan 60 dari 61 negara. “Diakui atau tidak, diterima atau tidak, hemat saya sekarang ini Indonesia telah berada pada status darurat literasi, sangat miris literasi dikalangan pelajar kita, ” tandasnya.

Lebih lanjut Yoni menyampaikan bahwa korelasi antara GLN, GLS, GLM, GLK yang dicanangkan Kemendikbud RI dan juga Hari Santri Nasional yang dimiliki Kemenag RI, dan GLSN yang dicanangkan QM Lembaga TEMALI dan Bidang PAKIS merupakan satu kesatuan yang padupadan dalam kerangka menyukseskan “Indonesia Emas.” Diharapkan generasi muda milenial baik peserta didik maupun santri memiliki tingkat kecerdasan, kemampuan. keterampilan, dan kecakapan kehidupan di abad 21 yaitu memiliki kecerdasan kolaborasi, elaborasi, komunikasi, informasi dan literasi.

Begitu pula dengan GLSN, Santri mampu menafsirkan ayat-ayat Alqur’an dan ayat-ayat semesta menjadi pembangkit semangat peradaban literasi Islam.

Pontren Sebagai Penggerak Literasi Islam

Kepala Bidang PAKIS Kanwil Kemenag DI Yogyakarta Buchori Muslim, dalam peresmian Pencanangan dan Peluncuran Program GLSN, mengutarakan bahwa Santri telah diajari untuk senantiasa membaca dan menulis, kemudian bagaimana agar santri dapat menuangkan gagasan-gagasan besar sebagaimana yang pernah diperankan para pendahulu kita semuanya. Karena itu eksistensi pontren jangan sampai dianggap miring/negatif sebagai sarang ketidakhumanisan.

“Anggapan miring itu tidak boleh ada dan berkembang, warga pontren tidak pernah diajarkan tentang radikalisme, terorisme, dan ekstrimisme. Sekarang harus dijawab para santri dengan karya-karya literasi nyata yang mencerahkan dan membangun peradaban tanpa kekerasan, ” tegas Buchori.

Tepat  12 Rabiul Awwal 1443H, dengan ucapan ‘Bismillah’ Pencanangan dan Peluncuran Program GLSN diresmikan Kepala Bidang PAKIS Kanwil Kemenag Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Terimakasih kepada PPQM Lembaga TEMALI dan The YAQINNA Foundation yang telah menginisiasi, memotivasi dan bekerjasama dengan Kami dan semua pihak, dengan telah diresmikannya GLSN ini, mari warga Pontren menyambut dan mempersiapkan dengan baik untuk menggadakan pelatihan, pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan Santri dengan menggandeng PPQM, ” ajak Buchori.

Usai peresmian dilanjutkan dialog yang dipandu Abdul Haris Nufika (Pengawas The YAQINNA Foundation) dan berbagi pengalaman literasi antara peserta, dapat disimpulkan melalui GLSN ini. Diharapkan para kiai, asatidz, guru dan para santri bergerak bersama bangkitkan kembali peradaban literasi Islam dengan mampu membuat karya yang mengembangkan keilmuan di pondok pesantren baik berupa puisi, karya tulis ilmiah, kaligrafi, kitab/buku dan lain sebagainya yang dapat dipublis dan dinikmati manfaatnya oleh umat.

Di pundak para santri pontren amanah dan penerus estafet cita-cita luhur, agung dan mulia para pendahulu (imam, syaikh, habib, ulama, kiai) yang merubah dunia dengan penyebaran agama Islam rahmatan lil ‘alamin. Tugas besar dan mulia itu harus tetap dilestarikan, dibudayakan, dan dikembangkan, terlebih santri milenial yang melengkapinya sebagai penerus kepemimpinan dakwah Islamiyah dengan tidak alergi terhadap kemajuan era teknologi agar kemudahan dalam menjalankan tiga fungsi pesantren yaitu pendidikan, dakwah, dan sosial terwujudkan.

Perubahan itu tidak akan terjadi apabila tidak diikhtiarkan untuk berubah. Begitu pula dengan mahakarya literasi yang telah berabad-abad digiatkan para cendekia muslim yang mengusung kebangkitan dan kejayaan Islam sebagai literatur baik ilmuwan muslim maupun non muslim.
Saat ini, di era dimana pontren sering didiskriminasikan dengan labeling miring/negatif, sudah saatnya pontren saling bahu-membahu untuk menepis lebeling itu dengan mahakarya literasi. Mari Program GLSN ini kita yang menggerakan untuk keberlanjutan generasi muslim yang handal dalam mewujudkan karya literasi yang fenomenal. Pontren Bisa!!! (***)

#Salam Santri Literat: Santri Berkreasi_ Berdayaguna_Berkarya

Penulis adalah Peserta KBMT Literasi QM, Pembina Pontren Manba’ul Ghufron Cianjur.
Editor : Yoni Haris Setiawan
Dok.Foto : Emi Rusnawati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *