Utama  

Tak Sesuai Ajaran Agama dan Kitab Suci, BNPT: Radikalisme Memfitnah Agama

Loading

Wonosobo – Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ahmad Nurwakhid, SE, MM menegaskan bahwa radikalisme selama ini memfitnah agama dengan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan suri tauladan ajaran agama dan kitab suci. Penegasan itu disampaikan Ahmad Nurwakhid dalam acara “Dialog Kebangsaan: Peringatan Hari Kesaktian Pancasila” yang berlangsung di pendopo Kab. Wonosobo, Sabtu(2/10/21) petang.

“Radikalisme dan ekstremisme yang mengatasnamakan agama adalah paham yang dibangun diatas manipulasi dan distorsi agama, sehingga akar masalahnya adalah agama. Yaitu agama yang dipahami secara menyimpang,” kata Nurwakhid.
Untuk itu, dalam momentum peringatan Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2021, Nurwakhid mengajak seluruh anak bangsa untuk kembali meneguhkan Pancasila, yang memiliki nilai-nilai luhur baik relijius dan kebangsaan. Apalagi, Pancasila sudah terbukti ‘sakti’ dalam melawan berbagai ideologi transnasional seperti komunisme dan khilafah yang pernah merongrong kedaulatan Indonesia.

Mantan Kapolres Gianyar ini menambahkan, ideologi transnasional tersebut kerap membawa paham ekstrem yang bertentangan dengan Pancasila. Mirisnya lagi saat ini kelompok radikal dan intoleran berusaha menyusupi generasi muda dengan cara mengaburkan fakta sejarah bangsa Indonesia.

“Kaum radikal dan intoleran kerap berusaha menghilangkan atau mengaburkan sejarah bangsa ini agar para pemuda Indonesia ini tidak punya kebanggaan terhadap bangsanya,” ujarnya.

Oleh sebab itu alumni Akpol tahun 1989 ini berharap, melalui acara ini warga Wonosobo mendapatkan imunitas dari segala paparan paham radikal terorisme baik yang dilakukan melalui dunia maya maupun secara langsung.

“Harapan saya masyarakat Wonosobo dapat ikut menggerakkan,, dapat ikut meresonansi, memberi contoh kepada masyarakat daerah lain agar mencintai toleransi, mencintai NKRI, merayakan keragaman dan perbedaan yang menjadi sunatullah dan menjadi bagian dari bangsa Indonesia,” tuturnya.

Hadir dalam acara tersebut yakni dai milenial, Habib Husein Ja’far Al Hadar. Dalam tausiyahnya, Habib Husein memaparkan bagaimana hidup dalam keberagaman dan membangun toleransi antar umat beragama sebagai masayarakat sebuah bangsa.
“Menjaga perdamaian bukan tugas TNI, POLRI atau BNPT saja, karena akan percuma saja dibuatkan hukum sehebat apapun jika imajinasinya bukan Indonesia (yang bersatu dalam keberagaman) maka sampai kapanpun tidak akan selesai masalah perpecahan ini,” ujar Habib Husein.

Ia melanjutkan, toleransi dan keberagaman yang telah terbentuk di Kabupaten Wonosobo ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi kota lainnya dan bagi Indonesia untuk dapat disebarkan ke tempat lain terutama para pemuda. Karnea para pemuda dinilainya memiliki peran penting dimasa mendatang untuk dapat menyebarkan nilai toleransi kepada sesama.
“Peran utama ada pada pemuda. Karena kita akan menghadapi bonus demografi pada 2030 karena itu kita butuh duta-duta dari anak muda itu sendiri untuk berbicara kepada anak muda dengan style anak muda,l dengan cara komunikasi anak muda. Dan tantangannya adalah bagaimana membentuk generasi muda yang bukan hanya toleran, tapi mampu menyebarkan nilai toleransi kepada sesama,” ucapnnya.

Sementara itu, Bupati Wonosobo, H. Afif Nurhidayat, S.Ag turut mengapresiasi acara ini sebagai upaya vaksinasi ideologi bagi warga Wonosobo dari virus-virus radikal dan intoleransi yang berupaya memecah belah bangsa.

“Sampai hari ini semua umat beragama di Wonosobo hidup nyaman penuh dengan toleransi dan harus kita jaga namun demkian apakah siatuasi dan kondisi ini harus kita diamkan? Tentu tidak. Kita tetap waspada karena kapan pun virus itu bisa muncul. Oleh sebab itu vaksinasi ideologi yang diberikan oleh BNPT dan Habib Husein Insya Allah akan memberikan kekebalan dan herd immunity bagi warga Kabupaten Wonosobo,” tutupnya. (BK/Man)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *