Blok Rokan Diproyeksikan Penghasil Utama

Ilustrasi pengeboran minyak Pertamina. (Foto: Ist)

Jakarta – Setelah Pertamina mengambil alih Chevron Pacific Indonesia atau yang lebih dikenal Caltex, Wilayah Kerja Rokan di Sumatera Selatan ditargekan sebagai penghasil utama minyak nadional.

Menteri ESDM Arifin Tasrif berharap, Pertamina Hulu Rokan (PHR) berkomitmen melakukan investasi yang masif agar produksi dari wilayah kerja tersebut tidak lagi menurun bahkan dapat ditingkatkan.

“Ini harus menjadi komitmen Pertamina, mengingat WK Rokan merupakan salah satu WK terbesar di Indonesia yang layak strategis dalam memenuhi target produksi 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada tahun 2030 mendatang,” ujarnya dalam seremoni Alih Kelola WK Rokan yang diselenggarakan secara hybrid pada Minggu (8/8/2021) malam di Pekanbaru dan Jakarta.

Data Pertamina, pada akhir Juli 2021, rata-rata produksi WK Rokan atau Blok Rokan sekitar 160,5.000 barel per hari atau sekitar 24% dari produksi nasional, dan 41 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk gas bumi.

Pada kesempatan itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengemukakan, persiapan yang telah dilakukan pada masa transisi dapat menjadi modal PHR mengembangkan WK Rokan. Ke depan, diharapkan PHR memaksimalkan potensi yang ada di WK tersebut, antara lain melalui penerapan teknologi lanjutan.

Kontrak baru WK Rokan yang menganut sistem PSC Gross Split merupakan suatu tantangan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan. Oleh karena itu, Pertamina diminta tetap profesional dalam mengelola WK Rokan, serta meningkatkan investasi guna memaksimalkan produksi mengingat potensi WK Rokan yang masih mencukupi.

Produksi WK Rokan diharapkan dapat mencapai 165 ribu barel per hari pada akhir tahun 2021 dengan tambahan sumur-sumur baru yang dibor tahun ini. Selanjutnya WK Rokan diharapkan tetap menjadi salah satu penghasil utama minyak nasional.

Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), menyampaikan pengelolaan WK Rokan oleh Pertamina di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, merupakan kebanggaan bagi Pertamina dan bangsa Indonesia serta wujud dukungan dari bangsa Indonesia sehingga alih hkelola berjalan dengan baik.

Untuk memastikan proses alih, tuturnya, Pertamina melalui PHR juga membentuk Tim Transisi yang telah menjalankan operasi, terutama di aspek permukaan, operasi produksi, rekayasa proyek dan fasilitas, operasi K3LL, hingga ke aspek sumber daya manusia, finansial, komersial , manajemen rantai pasokan aset serta IT.

“Hal yang tidak kalah penting dalam proses alih kelola ini, kami mengingatkan kembali mengenai risiko tinggi pengelolaan usaha migas, tidak hanya proses kehandalan tapi aspek HSSE (Health, Safety, Security and Environment) tetap menjadi perhatian kita semua,” tegas Nicke.

Kepada manajemen dan pekerja PHR, Nicke berpesan agar terus fokus menjalankan bisnis amanah dari Pemerintah untuk memberikan yang terbaik bagi negara, masyarakat dan bangsa melalui pengelolaan Blok Rokan agar dapat mewujudkan kemandirian dan kemandirian energi Indonesia.

“Pertamina juga memiliki amanah lainnya, yaitu mendukung program pemerintah mencapai produksi minyak mentah satu juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 milyar standar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030. Oleh karenanya, selain kerja keras serta komitmen Pertamina, tentu saja juga diharapkan dukungan penuh dari Pemerintah Pusat dan daerah serta seluruh Pemangku Kepentingan dan masyarakat untuk mewujudkan cita-cita mulia tersebut,” paparnya.

Hingga akhir tahun 2021, PHR merencanakan pengeboran 161 sumur baru, termasuk sisa jsumur dari komitmen operator sebelumnya. Untuk tahun 2022, PHR merencanakan pengeboran kurang lebih sebanyak 500 sumur baru. Komitmen ini merupakan komitmen investasi dan jumlah sumur terbesar di antara WK migas lain di Indonesia. (aga/BK)

 879 total views

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *