Jakarta – Keberhasilan ganda putri bulutangkis Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu menyabet medali emas di Olimpiade Tokyo 2020, sudah terlihat di pertengahan set pertama berlangsung.
Bagaimana tidak, entah kebetulan atau tidak, dalam posisi poin 12-11 untuk Indonesia, raket pemain China berbenturan salah satunya patah. Sehingga, suttle cock yang dikembalikan Jia Yi Fan melebar ke luar arena pertandingan.
Dan setelah kejadian patah raket itu, ganda putrid China selalu tertinggal dalam perolehan poin. Bahkan meskipun sempat mengejar dan hampir menyamakan kedudukan 19-18, ganda putrid Indonesia, Gresya/Apriyani berhasil menyudahi set pertama 21-19.
Setelah unggul satu set, Gresya/Apriyani semakin percaya diri. Bahkan memasuki set kedua, mereka langsung melesat 4-1. Setelah itu, pemain China tidak pernah mampu mengejar poin ganda putrid Indonesia hingga tertinggal 7-4. Dan apes patah raket ini pun berlanjut.
Bahkan Greysia/Apriyani selalu mampu menjaga jarak yang selalu unggul di atas dua poin. Setelah posisi 8-4, pemain Indonesia ini poin terus meraih poin demi poin hingga kemudian setelah memasuki interval kedua dari 11-7, langsung melejit jauh meninggalkan lawan dengan selisih 8, angka yang cukup jauh, lalu 16-9 dan akhirnya setelah ganda campuran China sempat mencuri angka, ganda puti memastikan kemanenangan meraih medali emas dengan menutup pertandingan 21-15.
Greysia Peraih Emas Tertua
Sementara itu, Greysia Polii menjadi atlet tertua peraih medali emas ganda putri Olimpiade di cabang bulutangkis. Ia menorehkan tinta emas di usia 33. Greysia bersama Apriyani Rahayu menyabet satu-satunya medali emas untuk Indonesia dengan menumbangkan pasangan China Chen Qing Chen/Jia Yifan.
Mereka menang dua set langsung 21-19, 21-15 pada laga yang berlangsung di Musashino Forest Sport Plaza, Senin (2/8/2021). Catatan ini sekaligus menorehkan sejarah untuk Indonesia. Sebab, untuk pertama kali ganda putri Indonesia meraih medali emas dalam perhelatan Olimpiade.
Tinta emas ini kian istimewa karena Greysia menciptakannya saat usianya tak lagi muda, yakni 33 tahun pada 11 Agustus tahun ini. Dibandingkan dengan peraih-peraih medali emas Olimpiade di sektor ganda putri, Greysia menjadi atlet tertua.
Sebut saja Chung So-young, atlet bulutangkis ganda putri Korea pertama yang meraih medali emas di Barcelona 1992. Ia mencatatkan namanya pada usia 25 tahun, begitupun dengan rekannya Hwang Hye-young pada usia 26 tahun.
Sedangkan pada Olimpiade Atlantas 1996, peraih medali emas diraih wakil China Ge Fei/Gu Jun pada usia 21 tahun. Keduanya, kemudian meraih hasil yang sama pada Olimpiade Sydney 2000 pada usia 25 tahun.
Pada Olimpiade Athena 2004, China kembali meraih medali emas melalui Yang Wei/Zang Jiewen. Saat itu mereka berusia 25 tahun dan 23 tahun.
Begitupun pada peraih medali emas Beijing 2008, Du Jing/Yu Yang meraih medali emas pada usia 24 tahun dan 22 tahun. Sementara pada 2012, wakil China Tian Qing/Zhao Yunlei meraih medali emas mereka pada usia 26 tahun.
Terakhir di Olimpiade Rio 2016, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi meraih medali emas ganda putri pada usia 24 tahun dan 22 tahun. Dengan demikian, Greysia menjadi pemain bulutangkis tertua yang meraih medali emas di Olimpiade. (aga/BK)