WASHINGTON DC – Perwira tinggi militer AS sekaligus Ketua Gabungan Jenderal Mark Milley, mengaku sempat “sangat terguncang” pasca-Pemilu 2020.
Ini terjadi saat mantan presiden AS Donald Trump dan sekutunya, kemungkinan mencoba melakukan kudeta pasca-hasil Pemilu AS diumumkan. Milley juga khawatir Trump mengambil tindakan berbahaya atau ilegal lainnya setelah kekalahannya.
Milley dan pejabat tinggi lainnya pun secara informal merencanakan berbagai cara untuk menghentikan Trump. Dilansir CNN, ini adalah kutipan dari buku terbaru dari wartawan Washington Post pemenang Hadiah Pulitzer, Carol Leonnig dan Philip Rucker.
Keduanya menggambarkan bagaimana Milley dan Kepala Gabungan lainnya membahas rencana untuk mengundurkan diri, satu per satu.
Mereka memilih mundur daripada menjalankan perintah dari Trump yang mereka anggap ilegal, berbahaya, atau keliru.
“Itu adalah semacam Pembantaian Sabtu Malam secara terbalik,” tulis Leonnig dan Rucker.
Buku berjudul “I Alone Can Fix It,” yang akan segera dirilis, menceritakan tahun terakhir Trump sebagai presiden.
Narasinya berfokus pada tindakan di balik layarnya. Buku ini menceritakan bagaimana perilaku pejabat senior administrasi dan lingkaran dalam Trump, semakin tidak terkendali setelah kalah pemilu 2020.
Para penulis ini mewawancarai Trump selama lebih dari dua jam.
Buku itu juga menceritakan bagaimana untuk pertama kalinya dalam sejarah modern AS, huru-hara semacam ini bisa terjadi Perwira tinggi militer negara itu, yang berperan sebagai penasihat presiden, bahkan mempersiapkan pertarungan dengan panglima tertinggi karena takut akan upaya kudeta Trump. (BK/Komp/gus)