ABU DHABI – Jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) di Uni Emirat Arab (UEA) ada sekitar 70 ribu hingga 100 ribu orang. Dari jumlah itu, 80 persen bekerja di bidang domestik atau rumah tangga.
Sisanya, adalah pekerja profesional. Mulai dari pekerja industri minyak, pelaut, salon, perawat, dan imam masjid.
Untuk pekerjaan sebagai Imam masjid, pemerinta UEA dan Kementerian Agama RI sudah lama terjalin kerjasama. Menurut Duta Besar (Dubes) RI untuk UEA Husin Bagis, sampai saat ini ada 12 WNI yang jadi imam masjid di negara itu.
“Jadi awalnya pada 2017, kami cerita ke menteri agama (UEA) bahwa di Indonesia itu banyak orang yang hafiz (penghafal) Quran. Hal itu membuat kaget sang menteri. Dan akhirnya dibuatlah kerjasama dengan membuka seleksi,” ungkap Husin dalam talk show bertajuk “Lebaran Meriah di Uni Emirat Arab”, beberapa waktu lalu.
Dari hasil seleksi yang cukup ketat, kemudian terpilihlah 15 orang Indonesia yang dikirim ke UEA. Seiring perjalanan waktu, jumlahnya tinggal 12 orang.
“Di sana, imam masjid mendapat gaji yang cukup fantastis, yakni sekitar Rp 22 juta per bulan. Itu baru gaji imam masjid biasa di perkotaan. Kalau di masjid utama, gajinya bisa lebih besar lagi,” ujar Husin.
Selain mendapatkan gaji fantastis, imam juga diberikan fasilitas berupa rumah di sekitar masjid tempat dia bertugas. Rumah yang disediakan bukan petakan, tapi rumah khusus yang dilengkapi AC. Imam yang sudah berkeluarga, juga diperbolehkan membawa keluarga.
“Tugas imam masjid di UAE relatif lebih enteng daripada di Tanah Air. Mereka tidak banyak kerjaan, hanya imam masjid, sama khotbah. Khotbahnya tinggal membaca saja materi yang sudah disiapkan dari kementerian agama di sini,” kisahnya.
Untuk menjadi imam masjid, biasanya mesti hafal 30 juz. Kalau hafal hanya setengahnya, hanya jadi muazin, yang merangkap sekretaris imam.
Sebetulnya UEA sudah meminta Indonesia menyediakan 200 imam untuk dikirim ke sana dalam tiga tahun. Permintaan itu disampaikan Presiden Jokowi saat mengunjungi Abu Dhabi, ibu kota UEA pada Januari 2020. Tapi karena ada pandemi Covid-19 pada 2020, rencana itu molor.
Tahun ini, seleksi dimulai kembali. Sudah ada 83 yang diseleksi. Yang lulus, 27 orang. Mereka yang telah lulus seleksi tinggal menunggu berangkat ke UEA tahun ini secara bertahap. “Kalau 200 orang, berarti ada 173 orang lagi yang akan berangkat dalam dua tahun ke depan,” harapnya.
Karena itu, citra Indonesia yang dulunya hanya dianggap sebagai negara pengirim TKI atau TKW, kini mulai luntur. Pemerintah dan orang-orang UEA sangat menghargai orang-orang Indonesia, baik dalam pekerjaan bidang rumah tangga, perusahaan besar, menengah, maupun kecil.
“Citra Indonesia juga naik karena kedekatan antara Presiden Jokowi dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Pangeran Mohammed Bin Zayed,” ucap Husin.
Diketahui, nama Jokowi diabadikan jadi nama jalan di Abu Dhabi. Indonesia membalasnya dengan mengganti nama Jalan To Jakarta-Cikampek II Elevated atau Jalan Tol Layang Japek, menjadi Jalan Layang Syeikh Mohammed Bin Zayed (MBZ).
Jokowi dan MBZ sudah pernah saling mengunjungi sebelumnya. Mohammed Bin Zayed tercatat pernah datang ke Istana Bogor, Jawa Barat, pada 24 Juli 2019. Jokowi pun pernah berkunjung ke Abu Dhabi dan bertemu Mohammed Bin Zayed pada 12 Januari 2020 lalu. (BK/Djoe)