Demsy Jura: Kita perlu Penguatan Studi Manajemen Bencana

Bencana Alam di Indonesia

Ilustrasi Bencana Alam.

JAKARTA – “Jika mencermati kondisi geografis, demikian juga aspek geologis, dan sebagainya; sebenarnya Indonesia masuk dalam kategori wilayah rawan bencana alam, seperti: kebarakaran hutan, tanah longsor, banjir, tsunami, gempa, letusan gunung berapi, dan tentunya angin puting beliung, serta bencana alam lainnya. Hal ini seharusnya sudah diketahui oleh para ahli kita yang berkompeten didalamnya.” Demikian pendapat Demsy Jura, dosen pascasarjana Universitas Kristen Indonesia; ketika menyampaikan pendapatnya sehubungan dengan berbagai bencana yang terjadi secara beruntun akhir-akhir ini.

Demsy Jura, dosen pascasarjana Universitas Kristen Indonesia. (Foto: Bangun)

Informasi yang diperoleh dari Pusat Data Informasi dan Komunikasi BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), tercatat 2.924 kejadian bencana alam dalam kurun waktu 2020, yang terdiri dari 1.065 bencana alam hidrometeorologi, seperti banjir, banjir badang, 572 bencana tanah longsor, 873 kali terjadi bencana yang disebabkan oleh angin puting beliung, 326 kasus kebakaran hutan dan lahan, 36 kejadian gelombang pasang dan abrasi, bencana geologi dan vulkanologi sebanyak 16 kali dan 7 kejadian erupsi gunungapi, serta 29 kejadian kekeringan. Bencana yang terjadi di tahun 2020 ini telah membuat 370 orang meninggal dunia, 39 hilang dan 536 terluka. Bulan januasi tahun 2021, kembali bencana alam mewarnai catatan perjalanan bangsa Indonesia. Tentunya masyarakat banyak berharap perhatian pemerintah atas hal ini.

Masih berkaitan dengan bencana alam yang terjadi dalam beberapa waktu ini, kembali Demsy Jura, yang juga menjabat sebagai ketua program studi Doktor PAK Universitas Kristen Indonesia ini mengatakan: “Lalu pertanyaannya, mengapa masih banyak saja korban jiwa, kehilangan harta benda, termasuk kerusakan infra struktur; apakah hal ini bisa diminimalkan? Harusnya bisa, sebab kemampauan yang dimiliki negara kita ini cukup bagus. Saya mengikuti perkembangan yang ada berkaitan dengan ini, cukup mengembirakan. Kita memiliki sejumlah pakar dalam bidang bencana, dan didukung dengan kebijakan pemerintah berkaitan dengan tanggap bencana yang di implementasikan melalui badan-badan yang ada seperti BNPB yang terencana dengan baik, mulai dari pusat hingga daerah; belum lagi potensi terlatih yang dimiliki TNI Polri dengan gerakan cepat-tanggap pada setiap terjadinya bencana, juga PMI dan relawan masyarakat, baik yang terorganisir melalui LSM maupun mandiri.”

Ketika ditanyakan, Apakah dengan potensi SDM dan sarana yang dimiliki saat ini dianggap cukup? Kembali Demsy Jura mengatakan: “ harusnya cukup, hanya saja ada beberapa kendala yang ada saat ini, harus dihadapi dengan pertimbangan-pertimbangan yang baik, yaitu: pertama, pertimbangan demografi, dimana luas wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau itu seringkali terkendala dalam memobilisasi kompnen yang ada jika terjadi bencana di suatu daerah. Artinya diperlukan koordinasi yang baik antara pusat dan daerah, juga antara daerah yang terkena bencana dengan wilayah sekitar sebagai daerah terdekat yang perlu dengan segera memberi dukungan. Kedua, koordinasi, dimana selain membutuhkan kecepatan dalam bertindak, namun tindakan cerdas diperlukan supaya korban dengan segera mendapat pertolongan, dan bantuan dapat terdistribusi dengan baik, serta perbaikan infra struktur yang sifatnya kedaruratan dapat tersedia. Kalau saya cermati yang terjadi dilapangan, sebagaimana yang terpublikasi di berbagai media, nampaknya koordinasi yang saya maksudkan, perlu ditingkatkan lagi. Sebagai contoh, terjadinya penjarahan atas bantuan kemanusiaan dalam perjalanan yang terjadi ketika bencana di Sulawesi Barat, kan kalau terkoordinir dengan baik, harus hal itu bisa minimalkan.”

Lalu apa yang harus dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak perlu terjadi, seperti yang diuraikan diatas? Demsy Jura mengatakan: “Jadi, sekali lagi, komponen yang ada saat ini sudah baik, namun perlu didukung dengan mekanisme yang lebih cerdas. Untuk itu saya mengusulkan perlu sekali dilakukannya upaya penguatan pada manajemen bencana; dalam setiap lini. Penyediaan fasilitas yang lebih baik, SDM yang profesional, sistem yang terencana dengan baik serta kemampuan mobilitas. Bahkan jika perlu ada kurikulum tentang manajemen bencana, baik pada lingkungan sekolah/perguruan tinggi, maupun terhadap masyarakat luas. Intinya penguatan manajemen bencana dilakukan guna meminimalkan korban.” Semoga dengan manajemen bencana yang baik, akam memampukan segenap komponen bangsa Indonesia dalam menghadapi bencana. (BK/Roce Marsaulina/Bangun)

 1,074 total views

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *