JAKARTA – Akhir-akhir ini banyak kejadian pesepeda menjadi korban kejahatan. Saat gowes sendirian, pesepeda itu ada yang ditodong hingga dijambret. Bahkan, ada pula pesepeda yang dibegal.
Beberapa video viral menceritakan curhat pesepeda yang ditodong oleh pemotor. Dengan senjata tajam, pemotor berboncengan menodong pesepeda untuk menyerahkan barang berharga seperti ponsel.
Menurut praktisi keselamatan berkendara yang juga Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, tak jarang pesepeda menjadi sasaran empuk bagi pelaku kejahatan.
“Selain pengendaranya capai, kecepatannya terbatas, sepeda mudah oleng, juga ruang geraknya terbatas,” kata Sony kepada detikcom, Senin (12/10/2020).
Sony memberikan beberapa tips kepada pesepeda agar tak jadi korban pelaku kejahatan. Yang terpenting, bersepeda secara profesional dan menerapkan keselamatan berkendara.
“Gunakan perangkat yang lengkap, tidak hanya lampu-lampu, helm, glove (sarung tangan), sepatu, padding yang tersemat di wearpacknya, juga spion–apabila ada–untuk melihat kondisi di belakang,” saran Sony.
Ketika bersepeda di tempat yang sepi, jangan lantas melonggarkan kewaspadaan. Pesepeda harus memperhatikan lingkungan sekitar, terutama kendaraan-kendaraan yang mendekat dan mencurigakan.
“Komunikasi dengan rombongan di depan dengan klakson/bell apabila ada bahaya mengancam,” sebutnya.
Sony menyarankan, aktivitas bersepeda tidak dilakukan sendirian. Bersepeda berkelompok meminimalkan risiko kejahatan.
“Tapi bersepeda berkelompok risikonya tinggi kecelakaan. Pastikan bersepeda dengan aturan yang benar untuk meminimalisir risiko-risiko tersebut.
Untuk itu, pastikan jika gowes dengan kelompok, bersepeda berjajar ke belakang. Pesepeda satu sama lain saling menjaga.
“Dalam satu kelompok,maksimal 10 sepeda. Biasakan bergantian memimpin di depan rombongan, sehingga masing-masing terkontrol,” ucap Sony. (BK/Gus/Dtc)